Orang yang berpuasa mempunyai adab adab, yang mana tidak akan
sempurna puasa itu kecuali dengan adanya adab adab tersebut. Yang
terpenting daripada itu adalah menjaga lidah dari dusta dan ghibah
(menggunjing) serta membicarakan sesuatu yang tidak perlu baginya. Ia
jaga mata dan telinganya dari mendengarkan dan melihat kepada sesuatu
yang tidak halal baginya serta sesuatu yang dianggap fudhul
(berlebihan).
Begitu pula ia jaga dirinya dari memakan makanan haram dan syubhat,
khususnya keika berbuka puasa. Ia berusaha dengan sangat hati-hati untuk
tidak berbuka puasa, kecuali dengan memakan makanan yang halal.
Seorang ulama salaf berkata: ”Apabila engkau puasa, lihat makanan apa yang engkau makan ketika berbuka dan di tempat siapa engkau berbuka.”
Hal itu merupakan dorongan agar berhati-hati mengenai makanan untuk berbuka puasa.
Begitu pula orang yang berpuasa harus menjaga semua anggota tubuhnya
dari melakukan dosa-dosa, kemdian dari perbuatan yang tidak perlu.
Dengan itu puasanya menjadi sempurna dan bersih. Banyak orang berpuasa
dengan memayahkan dirinya dengan lapar dan haus, namun ia biarkan
anggota tubuhnya berbuat maksiat senghingga merusak puasanya dan
menyia-nyiakan kepayahannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda (yang artinya):
“Banyak orang berpuasa, tetapi puasanya hanya menghasilkan lapar dan haus.”
Meninggalkan maksiat adalah wajib untuk selamanya atas orang yang
berpuasa maupun orang yang tidak berpuasa. Akan tetapi bagi orang yang
berpuasa lebih hati-hati dan lebih wajib.
Nabi SAW bersabda (yang artinya) :
“Puasa itu adalah perisai. Maka pada hari seorang dari kamu berpuasa, janganlah ia berkata keji dan berbuat kefasikan serta jangan mengganggu orang lain. Jika ada orang memakinya atau memakinya, maka katakanlah: Sesungguhnya aku berpuasa.“
Termasuk adab orang berpuasa ialah untuk tidak banyak tidur disiang
hari dan tidak banyak makan diwaktu malam. Hendaknya dia makan
sekedarnya hingga dia merasakan sentuhan lapar dan haus supaya jiwa
menjadi baik dan syahwatnya menjadi lemah serta hatinya menjadi terang.
Itulah rahasia puasa dan tujuannya.
Hendaklah orang yang puasa menjauhi kemauan dan kesenangan syahwat
serta kenikmatan yang banyak. Sedikit-sedikitnya adalah kebiasaan
bersenang-bersenang itu hanya sekali di bulan Ramadhan dan lainnya. Ini
adalah sedikit-dikitnya yang patut. Akan tetapi latihan dan menjauhi
keinginan nafsu menimbulkan pengaruh besar dalam dalam menerangi hati
dan secara khusus dituntut di bulan Ramadhan.
Adapun orang-orang yang menjadikan bersenang-senang dan hidup mewah
di bulan ramadhan yang mereka tidak biasa lakukan diluar bulan ramadhan,
maka hal itu tipu daya setan yang menipu mereka supaya mereka tidak
merasakan keberkahan puasa mereka. Dan supaya tidak nampak pada mereka
pengaruhnya berupa cahaya, mukassafat, sipat khusyu, kepada Allah dan
tunduk dihadapan-Nya menikmati munajat-Nya danpembacaan kitab-Nya serta
dzikir-Nya.
Kebiasaan salaf kita adalah mengurangi kebiasan dan kesenangan nafsu
serta memperbanyak amal baik dibulan Ramadhan secara khusus, meskipun
hal itu sudah di kenal dari prilaku mereka dalam seluruh waktu.
Termasuk adanya ialah tidak terlalu banyak mangurusi dunia di bulan
Ramadhan, tetapi mengkhususkan diri beribadah kepada Allah dan menyebut
namaNya sedapat mungkin. Janganlah ia mengurusi dunia, kecuali bila
sangat mendesak bagi kebutuhannya atau anak-anak yang wajib diurusinya.
Hal itu di sebabkan bulan ramadhan diantara bulan-bulan seperti hari
jumat diantara hari-hari.Oleh karena itu orang mu`min harus menjadikan
hari jumat dan bulannya ini khusus untk akhiratnya.
Termasuk sunnah adalah menyegerakan buka puasa dan membuka dengan
kurma, jika tidak menemukannya, maka ia berbuka dengan air. Adalah Nabi
SAW berbuka sebelum shalat maghrib.Nabi SAW bersabda:
“Umatku selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan dalam berbuka puasa mengakhiri sahur.”
Maka mengakhirkan sahur adalah sunnah pula. Orang yang puasa hendaknya makan sedikit.
Hal itu dimaksudkan supaya nampak pengaruh puasa padanya dan iapun
bisa mendapat hikmahnya dan mencapai tujuannya, yaitu mendidik nafsu dan
melemahkan keinginannya. Karena rasa lapar dan kekosongan perut besar
berpengaruh besar dalam menerangi hati dan kekuatan anggota badan dalam
beribadah, sedangkan kekenyangan adalah menyebabkan kekerasan hati dan
kelalaian dan kemalasan dalam melakukan ibadah.
Nabi Muhammad SAW bersabda (yang artinya):“Tidaklah anak Adam mengisi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia tidak bisa menghindarinya, maka sepertiga perut itu untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.”Seorang arif berkata: “Apabila perut menjadi kenyang maka semua anggota tubuh menjadi lapar, dan apabila perut menjadi lapar, maka semua anggota tubuh menjadi kenyang.”
Maksud laparnya anggota-anggota tubuh adalah ibarat usaha dan keinginannya yang sangat untuk melampiaskan kesenangannya. Maka lidah suka bicara, mata suka memandang, dan telinga suka mendengar. Begitupula anggota tubuh yang lain. Bangkitnya anggota-anggota tubuh itu adalah untuk mencari kelebihan dari kesenangannya ketika perut menjadi penuh. Dan ketika perut kosong maka diamnya dan ketenangan anggota-anggota tubuh itulah yang diungkapkan dengan istilah kekenyangan anggota tubuh dan hal itu dapat disaksikan.
Sangat dianjurkan memberi makan orang-orang yang puasa, walaupun hanya beberapa butir kurma atau seteguk air. Nabi Muhammad SAW bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa yang memberi makan orang puasa, maka ia mendapat pahala seperti orang yang puasa itu tanpa mengurangi sedikitpun”.Pahala ini bisa diperoleh orang yang memberi makan buka puasa, walaupun hanya air. Adapun orang yang memberi makan orang puasa sesudah berbuka puasa dirumahnya atau ditempat lain, maka ia tidak mendapat pahala ini, tetapi mendapat pahala memberi makan, dan pahalanya besar. Bagaimanapun juga memberi makan orang yang puasa hingga kenyang adalah perbuatan yang mendapat banyak pahala.
Sumber: epondok.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment